Calon Penghuni Surga yang Bisa Masuk dari Pintu Mana Saja

Kalau saya lagi bete, uring-uringan gak jelas, dan nggondok sama pak suami, maka saya akan membuka ingatan saya akan seorang perempuan yang amat mulia. Perempuan yang rela menikah dengan seorang pria lumpuh. Pria yang separuh badannya tak dapat digerakkan. Perempuan yang tak pernah mengeluh, komplain, apalagi menggalau, akan kondisi suaminya. Perempuan yang selalu berbakti, bahkan mengabdi tanpa henti. Perempuan itu, bernama Dini Rahayu.

kiri-kanan: Bu Dini Rahayu-adek Ainun-dan saya
kiri-kanan: Bu Dini Rahayu-adek Ainun-dan saya

Wajahnya cantik, manis, teduh bersahaja. Menyiratkan sebuah rasa ikhlas yang tak pernah menuntut balas. Dini, adalah seorang guru sebuah SMK di Malang. Suatu ketika, ia cari agen tabloid, untuk keperluan belajar-mengajar di sekolahnya. Tibalah ia di tempat Bapak Winarto, seorang ustadz yang juga agen koran dan tabloid.

Ketika Allah berkehendak, maka apapun bisa terjadi. Sebuah isyarat hadir, rasa yang tidak biasa tengah menyelimuti Pak Win. Perempuan manis ini, insyaAllah bisa jadi pendamping dunia-akheratku….

Tapi, tentu saja, di tengah berkecamuknya rasa, Pak Win harus tahu diri. Ia lumpuh. Tubuhnya terkoyak lantaran kecelakaan hebat yang ia derita beberapa tahun lalu. Ia bukan seperti pria normal lain.  

Di tengah gejolak hati, Pak Win memohon pada Sang Penggenggam Kehidupan. Maha Besar Allah, yang menggerakkan hati Dini Rahayu, untuk kemudian ikhlas menerima pinangan Pak Win. Mereka memadu janji suci dalam sebuah ikatan pernikahan. Maha Bijaksana Allah, yang karuniakan putri cantik dalam kehidupan mereka. Pak Win hanya bisa tercenung dan berucap hamdalah bila mengingat itu semua.

***

Saya ini termasuk perempuan yang sulit ditaklukkan dengan cerita cengeng, mellow dan sebangsanya. Kali ini lain. Saya merasa tersudut. Tertusuk batin, demi mendengar kisah cinta tak bersyarat yang diperagakan perempuan mulia, bernama Dini.

Setiap hari, Dini harus memandikan, membersihkan kotoran, menyiapkan segala keperluan suaminya. Dengan cara bagaimana? Digendong! Yap, tubuh mungil Dini itu ternyata begitu kuat menggendong suaminya untuk mandi, dan semua kegiatan lain. Toh, Dini tetap tersenyum. Tetap mengukir ikhlas dalam balutan amal yang tak butuh diobral.

Pasangan ini juga rutin berbagi sedekah plus mengajar ilmu-ilmu Islam ke warga sekitar. Di bulan Ramadhan, “kegilaan” pasangan ini kian menjadi. Mereka “gila” membumikan Al-Qur’an. Mereka mengajar ngaji di TPQ Ya Syafii. Rasa gelisah menjalari hati insan mulia ini, manakala tidak mendakwahkan Islam.

Pak Ustadz Winarto dan istri di tengah santri mereka
Pak Ustadz Winarto dan istri di tengah santri mereka

Coba simak apa kata Pak Win tentang betapa ia sangat passionate dalam membumikan Al-Qur’an:

“Saya merasa hingga saat ini diberi umur panjang oleh Allah, karena berkah Al-Qur’an. Lho, kok bisa? Ceritanya begini. Menjelang kecelakaan hari itu (Sabtu, 27 Januari 1996) saya kelelahan setelah dari Surabaya. Tapi, saya tetap memaksa pulang ke Malang karena ada 100 santri TPQ Al-Hidayah Polowijen yang menunggu saya untuk mengajar mereka ngaji. Dalam perjalanan pulang itulah, kecelakaan terjadi. Kalau kata dr Sherly (dokter spesialis RSUD Syaiful Anwar Malang yang merawat beliau) dalam kasus seperti yang saya alami, jarang ada korban yang bertahan hidup. Allahu Akbar, saya makin yakin bahwa Allah masih teramat sayang pada saya. Hanya fisik saya yang sakit. Tapi, jiwa, akal dan mental saya tetap sehat wal afiat. Kedua tangan saya juga masih normal. Saya harus lebih bersemangat lagi, dan memegang komitmen untuk selalu mengajarkan Al-Qur’an hingga akhir hayat….”

Merinding saya dengarnya. Aseli. Merinding banget.

Saya, yang Alhamdulillah, diberi otak dan fisik normal –yeah, walau agak obesitas dikit sih—sering mengeluh dan cari alesan saban kudu mendakwahkan Islam. Saya, yang sehat wal afiat dan Alhamdulillah sering dapat kelapangan rezeki, sering bersikap medit bin merki, saban kudu kasih sumbangan, atau infaq, atau sebagainya.

Duh. Bedaaaa banget, antara saya dan Pak Ustadz Win plus istrinya itu. Malu. Bener-bener saya ngerasa malu.

Mengenal pasutri luar biasa ini, membuat saya yakin untuk SEMANGAT berbuat baik plus #SemangatBerbagi. Sungguh, saya ingin bisa seperti mereka, yang insyaAllah mereka bisa masuk surga dari pintu mana saja.

Pasutri Calon Penghuni Surga
Pasutri Calon Penghuni Surga

Mumpung Ramadhan, bulan mulia masih bercengkrama dengan kita, hayuk ahhh… tingkatkan lagi kepedulian diri untuk berbagi rezeki. Berbagi kebaikan. Berbagi ilmu. Berbagi apaaa ajaaa…

Jangan sampai, kita baru terpikir dan tergerak untuk berbagi, manakala nafas sudah tinggal satu-satu, dan tersendat, berhenti sampai di tenggorokan….

Bersama Kita Sebarkan Kebaikan dengan #SemangatBerbagi. Ikuti acara puncak Smarfren #SemangatBerbagi tanggal 19 Juli 2014 di Cilandak Town Square Jakarta.

Jumlah kata: 664 kata

 Smartfren Peduli

 

Author: @nurulrahma

aku bukan bocah biasa. aku luar biasa

19 thoughts on “Calon Penghuni Surga yang Bisa Masuk dari Pintu Mana Saja”

    1. Iya mbak. Cobaan buat mereka berdua tak lebih dari sebuah ujian keimanan, yang kudu mereka lewati. Semoga kita bisa lebih semangat lagi untuk berbuat baik yaa… Mumpung Ramadhan 🙂

  1. subhanallah, kisah yang sungguh mengharubiru…menyentak alam sadarku..bila sosok pak win bisa kuat tegar dan beramal di jalan ALLAH…lalu kenapa saya yg merasa normal merasa berat untuk melakukannya…..astaghfirullah….
    selamat berlomba ya…semoga menjadi yang terbaik….
    keep happy blogging always,,,salam dari makassar 🙂

    1. Terima kasih Pak Hariyanto. Btw, Pak Hariyanto ini suaminya mak Nia K. Haryanto yak? Yang midas banget kalo ada kontes blog? Wow, pasutri blogger handal semua, euy. Keren 🙂

    1. Sama-sama Mba Haya Najma. Ramadhan tinggal seuprit lagi nih. Hayuk, hayuk, semoga Allah beri kekuatan dan kesabaran bagi kita untuk bisa mengoptimalkan amal di Ramadhan. Bismillah…

    1. Mata saya membasah mbak, saban ketemu dan ingat kisah hidup mereka. Cobaan yang datang justru dijadikan trigger alias cambuk untuk lebih semangat lagi dalam beramal.

Leave a comment