Setelah kemarin menumpahkan uneg-uneg seputar Ibu Menteri yang assoy bin funky, hari ini Alhamdulillah, opini saya dimuat di Jawa Pos. Info soal dimuatnya tulisan ini kali pertama saya dapat dari SMS mbak Tatit Ujiani. Nuwun sanget mbak :))
Agak kaget juga. Baru dikirim jam 8 tadi malam, eh, ternyata bapak redaktur Opini JP mempersilahkan naskah ini nangkring di opini bagian atas. Alhamdulillah.
Seperti biasa, saya tuliskan naskah asli yang saya kirim ke opini@jawapos.co.id. Selamat mengirim opini Anda ke JP!
Mau tahu tipsnya? BACA INI YA : Secuil Artikel Kita Tembus Media Besar
Susi dan Tuhan Sembilan Senti
Siapa media darling saat ini? Kalau kita amati trending topic di
jagat twitter, maka nama Susi Pudjiastuti yang jadi juaranya. Perempuan ‘anti-mainstream’ ini memang menyodok ke permukaan. Gayanya yang nyentrik, profilnya sebagai pemilik maskapai perintis sukses membetot atensi masyarakat republik ini.
Pergosipan seputar Susi semakin gurih dan renyah, manakala kita saksikan aksi klebas-klebus yang ia pertontonkan di hadapan para jurnalis. Tentu saja, ini pemandangan yang amat langka. Seorang menteri, ulil amri, dengan innosennya menyemburkan asap rokok di ruang publik.
She’s one in a million. Mungkin baru kali ini, ada satu
menteri yang dengan begitu pedenya merokok tanpa tedeng aling-aling.
Lagi-lagi, muncul polarisasi respon publik. Ada pihak yang merasa terwakili dengan gaya Susi. Susi ini gue banget! Apa salahnya dengan merokok? Bukankah merokok itu hak asasi individu? Nggak masalah Susi merokok, bertato, rumah tangga berantakan. Yang penting dia tidak korupsi kan?
Sementara, di pihak lain, tidak sedikit yang menyayangkan sikap Susi yang terkesan eksentrik dan semau gue. Apa jadinya anak-anak kita kalau disodori profil menteri seperti Susi? Sia-sia dong, upaya Departemen Kesehatan yang terus mengampanyekan gerakan anti rokok. Toh, ada kok perempuan perokok yang jadi menteri?
Lebih parah lagi, muncul beberapa meme di media sosial, yang
menyandingkan gambar Susi vs Ratu Atut. Pesan yang ingin disampaikan adalah: jangan mudah tertipu bungkus luar. Toh, Ratu Atut berjilbab, cantik, tidak merokok, tidak bertato, tidak bercerai, tapi tetap korupsi.
Sementara para fans Susi meyakini bahwa idolanya adalah
pejuang tangguh dan tidak akan terjerumus dalam lembah korupsi
***
Saya jadi teringat dengan puisi satir yang digubah oleh Taufiq Ismail.
Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok.
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im sangat ramah bagi perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok.
Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa bagi perokok, tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok.
Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia, dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu, bisa ketularan kena.
Anda tahu bagaimana “bengis”-nya industri rokok? Berapa miliar dana yang mereka gelontorkan demi “meracuni” anak bangsa ini? Dan mengapa pemerintah (dalam hal ini kabinet SBY) terkesan ogah-ogahan untuk meratifikasi FCTC (Frame Work Convention on Tobacco Control)?
Padahal, FCTC ini adalah strategi jitu untuk melindungi anak-anak dan generasi remaja dari bahaya rokok. Rokok tidak hanya membahayakan kesehatan anak, tetapi juga meningkatkan prevalensi perokok anak. Data Global
Youth Tobacco Survey (GYTS) 2010 menyebutkan perokok usia di bawah lima tahun (balita) ditemukan hampir di seluruh Indonesia. (tempo.co Juni 2014)
Okelah, iklan rokok sudah diatur sedemikian rupa sehingga hanya nongol di televisi di atas jam 9 malam. Beberapa kampus dan sekolah juga menerapkan kebijakan kawasan bebas rokok.
Yang patut diacungi jempol, beberapa produsen event anak muda–PT DBL Indonesia, misalnya—berkomitmen kuat untuk menolak semua brand rokok sebagai sponsorship event. Sungguh, kita salut akan “perlawanan” yang
dilakukan beberapa pihak terhadap rokok. Tapi, sepertinya, semua gerakan lawan rokok itu, akan menjadi benang basah yang sulit ditegakkan, manakala kita dihadapkan pada role model bernama ibu menteri.
Wahai Ibu Susi. Mohon bantu kami. Ketika para ibu tengah melarang anak-anak mereka merokok, lalu mendapatkan sanggahan retoris, “Lah, bu menterinya aja ngerokok? Berarti rokok itu cool kan? Kenapa kita malah dilarang merokok?”
Lantas, apa jurus pamungkas yang harus kami
sampaikan? Kami respek dengan segala prestasi, kehebatan, dan daya juang Ibu Susi. Meski demikian, dengan segala hormat, kami mohon agar Ibu tidak menjadikan rokok sebagai “tuhan Sembilan senti” yang bukan
mustahil juga akan menjelma jadi “berhala-berhala kecil” bagi
anak-anak muda di Negara ini.
Kalaupun Ibu memang ingin merokok, mohon cari ruangan yang lebih privat. Seorang Ignasius Jonan barangkali bisa Anda jadikan benchmark.
Beliau juga perokok berat. Ketika hasrat merokok itu muncul, Pak Jonan—waktu itu Direktur Utama PT KAI—memilih untuk klebas-klebus sebentar di smoking room sebuah stasiun. Ia bersikeras menjadikan seluruh moda kereta api bebas asap rokok. Yang penting ada itikad dan semangat kuat untuk tidak memberikan teladan kurang elok bagi masyarakat luas.
Sebagai penutup tulisan ini, izinkan saya berbagi satu pertanyaan.
Mungkinkah profil Ibu Susi yang nyeleneh ini sengaja di-blow up,
supaya atensi seluruh masyarakat teralihkan dari kasus 8 menteri yang menyandang raport merah dari KPK? Tanya kenapa. (*)
**Mantan public relations perusahaan rokok, ibu satu anak
Selamat ya Mak, tulisannya emang keren, pantes dimuat di Jawa Pos!
Hihihi, ma’aciiih mak Citra. Bikin tulisan komparasi budaya ngerokok di Indonesia vs di luar negeri dong mak. Kirim 700 kata, ke opini@jawapos.co.id
Saya suka tulisan nya, sopan tidak menusuk, tata bahasa yang baik tapi tepat sasaran. Semoga ibu susi bisa memperbaiki gaya hidup dari seorang lapangan menjadi seorang birokrat yang halus. Jujur saya suka ibu susi.
mantep tulisannya mak…
Tengkiu Mak Ophi. Hayuk, kirim opini juga. Suara emak2 harus membahana nih 🙂 Kalau mau kirim, cukup 700 kata, ke opini@jawapos.co.id
Perlu belajar nih membuat tulisan yang menarik dari mak yang satu ini…
Kalo kata pakde Dahlan, menulis itu kayak belajar sepeda. Udaaah, genjooot….goweessss aja teruss… Biarpun sekali dua kali jatuh, no problemo!
Semoga ini juga bisa jadi masukan untuk bu Susi 🙂
Yep, mbak. Tapi, aku curiga deh. Doi emang dipasang dan di-blow up sedemikian rupa, biar atensi kita gak menjurus ke nama2 menteri yg terindikasi korup
keren bgt sih mbak
Hayuk, kirim opini juga mak.
700 kata, kirim ke: opini@jawapos.co.id.
keren, aku suka tulisanmu mb.. opininya bagus dan nadanya ga menyakiti semua pihak 🙂
Semoga ya. Aku maju-mundur pas bikin tulisan ini. Maklum, fans “garis keras” doi kan segabruk booo… :))
bukan masalah fans garis keras lah. Saya mantan perokok juga (hamil anak pertama positif langsung memutuskan stop tanpa kesulitan alhamdulillah sampai sekarang). Tetapi poin kamu benar bahwa merokok emang hak pribadi seseorang asal jangan melanggar kepentingan umum. Merokoklah di tempat yg disediakan, lokasi pemerintahan terlarang utk merokok. So yg saya tentang adalah blow up karena wanita tdk pantas merokok, bertato dan pernah bercerai (apa sih salah nya bercerai dan menikah kembali sec halal daripada berselingkuhan tdk jelas). Fair fair saja dlm menilai seseorang. Yg terlihat banyak menyerang beliau krn point diatas . Kalau masalah merokok sembarangan sih saya juga gak setuju dan sepakat sebaiknya memberikan advise buat beliau agar tdk memberikan contoh kepada generasi muda
keren mak keren, bagus banget. Pas dengan momennya.
Btw saya juga nolak sponsor rokok bahkan acara yang disponsori rokok juga menolak ^^
Wah, wah… standing ovation buat mak Shinta…! Padahal, budget rokok untuk sponsorship itu duitnya gak berseri ya mak :)) Hihi. Saya juga insaf dari kerja di industri rokok. Selama kurleb 2 tahun, saya mengais rupiah dari sana. Setelah dipikir2, betapa hipokritnya saya :((
salu..uut tulisannya bisa masuk opini jawa pos
Hayuuuk, kirim juga mak. 700 kata, opini tentang apa saja (diutamakan tema yang lagi happening) kirim ke: opini@jawapos.co.id
Selamat lagi Mbakyu. Tulisannya njenengan memang luar biasa. Semoga kekuatan tulisannya bisa berlipatlipat dan sampai ke si ibu. 🙂
Tadinya mau aku mention ke doi. Tapiii, aku atuuuutt, heheheh…. *cemen*
mantaps..trwakili banget..sbg org yang sebel ktk mndapat asap gratis dr rokok..bukankah hak asasi kami juga utk tdk mnrima infaq dan sedekah asap rokok
Butuuuulll maak, duh, aku juga tersiksa banget kalo ada manusia klebas-klebus di sebelahku.
Biasanya sih, aku ingatkan secara frontal :))
hebat nih tulisannya langsung nangkring di atas 🙂 memang setelah pengumuman meteri jadi trending topik banget ya ibu menteri ini
Dan daku curiga berats mak. Bu Susi (tanpa similikiti) ini sengaja dijadiin “pengalih isu” atas kasus 8 menteri yang terindikasi korupsi.
Frasa curiga itu ada di paragraf terakhir
Mak Nurul keren… Menjawab segala gundah gulana saya terhadap oerdebatan citra di masyarakat. 🙂
Widih. Sampe gundah gulana, hihihi.
Di satu sisi, Bu Susi memang keren. Kita harus akui itu. Terlepas dari segala sejarah kelam, soal pendidikan hanya SMP, soal amburadulnya rumah tangga dia, tato, rokok, dllnya, beliau adalah perempuan hebat.
Tapi, di sisi lain, daku menyoroti habit beliau yang enggak pantes. Plus, nyindir juga soal “pengalihan isu” menteri2 yang terindikasi korup :))
Selamat ya mak..
Tulisannya memang.kerennn..
Saya pribadi pun menyayangkan masalah beliau merokok didpn publik. Kasian kita kaum ibu yg harus bolak balik menjelaskan kepada anak . Hehehhe
Saya berdoa semoga saja beliau bisa bekerja dgn baik sekaligus terbuka hatinya untuk lebih menahan diri di Dpn sorotan media. Kalau pun ingin melakukan Hal pribadi bisa dilakukan di tempat tertutup 🙂
Sukses terus ya mba
Tengkiu, tengkiuuu…
Hayuk dong, kirim2 tulisan ke media juga. Suara emak2 SANGAT PERLU digaungkan kemana-mana :))
mak…. saya sehati nih…. terwakili uneg-uneg saya juga.
merokok memang kebebasan hak asasi seseorang,
namun kebebasan kita dibatasi oleh kebebasan orang lain juga yg tidak ingin menghirup asap rokok.
DAN sebagai sosok tokoh masyarakat, yg mau tidak mau menjadi “panutan” masyarakat, sebaiknya hal-hal yg tidak mendidik bagi generasi bangsa tidak dipertontonkan.
Yup. Walau kita respek dgn segala achievement beliau, jangan kesampingkan masalah etika dan “role model” juga 🙂
keren sangat dikau mak,,,top pokoknya,,aku langsung baca JP nih gegara ini,,hehehe
Pokoke emak2 KEB saling menginspirasi… *peluuuk* Mbak, btw, ikutan acara Tupperware yang ke Trawas kuwi mbak? *OoT*
luar biasa smpean mbak :))
Waduh. Ini cuma curhat emak2 kok :)) Mau kirim opini juga? Yuks, kirim 700 kata ke opini@jawapos.co.id
udah berkali-kali ngirim ga dimuat-muat mbak T_T
Aku terharu baca tulisan mak Nurul …aku sdh mau nulis spt yg mak tulis ttg ibu2 yg akan kewalahan bl anaknya merokok dan menyanggahnya bahwa ibu menteri sj merokok. kr sy punya teman yg anaknya msh smp tp sdh kecanduan rokok sp utk beli rokok dia mencuri uang & brg2 ibunya jg memakai uang sppnya… semoga Ibu menteri mau memperbaiki kebiasaannya… sukses selalu makkkk…
Astaghfirullah… rokok tuh yaaa, bener-benerrrr…. duh. Sekarang anak2 mudah sekali mengalami “kebingungan”, untuk memilah mana kebutuhan yang harus diperjuangkan, atau sekedar lifestyle yang justru membuat mereka terpuruk. I have to admit, kalau saya juga sempat berada di “lingkaran setan” itu mak. Saya yang menanggung dosa, karena in charge dalam penyebaran info event2 (seolah-olah) keren yang dibikin korporasi rokok.
Duh. Semoga anak2 itu bisa kembali ke jalan yang benar. Ortunya diberi kesabaran dan ketangguhan, aamiiin….
kereeen mak…. 🙂
Matur Nuwun mak Ira. Hayuk dong, kirim tulisan juga. alamat emailnya opini@jawapos.co.id. 700 kata aja kok.
semoga ya…, bisa sebagus dirimu bikin tulisannya… 😀
ah ah, saya mau share iniiii yaaa mak. setuju pisan. merokok silakan tapi ada tempatnya ya. etika harus tetap dijaga. 🙂
Silakan, silakan… Eh, kalo mama Nisa mau bikin tulisan komparasi budaya rokok di Indonesia vs Jepang, bisa banget loh. Kirimkan 700 kata ke opini@jawapos.co.id
ah, saya belum pede bikin tulisan opini. hihihi. :p
Wajib dishare nih tulisannya….
Please do share, mak. 🙂 Mungkin mak Hana mau kirim opini juga? Soal “tuduhan” saya bahwa bu menteri Susi ini dijadikan “alat” untuk “pengalihan isu” supaya masyarakat tak lagi membahas tentang menteri yg terindikasi korup? Saya pengin banget lebih tajam di situ, tapi datanya kurang
:(((
mantcappppppp
Tengkiuuu Bang :))
Keren sangat dikau Mak,
saya ikutan terwakili. Makasih Mak 🙂
Sama-sama Uni. Alhamdulillah, semoga bisa jadi insight baru buat siapapun.
Tulisanmu iki keren banget, maaak!
Terimakasih telah mencerahkan.
Jangan sampai ibu-ibu rumah tangga keliyengan stadium 4 gara-gara ini:
https://pbs.twimg.com/media/B1E-OHECYAARS1p.jpg:large
Makasi Pak Iwan. Saya berusaha keras utk bisa menganalisis dengan presisi seperti yang Pak Iwan “ajarkan” pada para pembaca blog Bapak :))
Saya acung jempol semua untuk mbak yang luar biasa dalam mengemas tulisan yang informatif dan sarat pesan. Gaya bahasanya juga enak dibaca tanpa ada satupun yang merasa disudutkan dengan opini public. Semoga sang “role mode” bisa membaca pesan njenengan dengan bijaksana dan bersama-sama membangun bangsa ini menjadi lebih maju.
MEngingat saya yang tinggal Kudus, sentra industri rokok juga merasa prihatin menemukan fakta bahwa banyak anak-anak SD membeli rokok sembunyi-sembunyi di warung. Namun untuk mencoba menyadarkan gerakan peduli terhadap bahayanya merokok, menjadi suatu tantangan besar. Salam kenal dan sukses selalu ya mbak 🙂
Duuh, miris ya mbak? Rokok memang sedemikian “kejam”nya dlm melakukan “penjajahan” ke anak muda maupun orang dewasa.
Makasi udah mampir ya mak :))
Mantep banget tulisannya mak nurul. Mewakili suara hatiku yang paling dalam…lanjutkan mak!..hehehe:)
Banyak yang bisa dikritisi (plus memberi masukan membangun) dari komposisi kabinet Jokowi-JK ini. Hayuk mak, kirim dong opini ke opini@jawapos.co.id.
setuju mak…
Merokok memang hak individu, tapi alangkah baiknya mencari tmpt yg privat juga utk merokok, atau memang media yg memblow up, seperti apa kata mak Nurul?
Pantesan langsung nangkring di JP, tulisannya keren… Selamat ya…
Haqqul yaqin, ini media yang mem-blow up.
That’s why di paragraf terakhir saya “menuduh” kalau ini adalah semacam “pengalihan isu” supaya masyarakat tidak kepo seputar kelanjutan 8 menteri yg disinyalir korup. 🙂
Opininya bagus Mak..
seharusnya orang yang nyinyir itu tulisannya begini, nyinyir tapi dengan alasan kuat dan ngga seenaknya bicara..
aku memang benci perokok, tapi prestasi bu susi juga layak diapresiasi…
Ahahaii… makasi mak 🙂
merokok atau tidak itu memang urusan pribadi seseorang… yang jelas aku merasa beruntung punya suami yang tidak hanya mementingkan urusannya sendiri, tapi juga menghormati saya dan anak-anak…
dulu suami perokok berat, malah waktu tinggal di timor, saya sempat jadi penyelundup rokok untuk persediaan selama 3 bulan… pas hamil anak pertama, suami otomatis berhenti…
ya, mudah-mudahan ibu menteri juga mau menghormati hak orang lain, tidak hanya mementingkan urusan pribadinya saat sudah tak tahan ingin merokok 🙂
statement terakhir… bisaaaa aja kepikiran kaya’ gitu ahahaha
Lho. Inti tulisan panjang kali lebar ini ya di paragraf terakhir itu maak :))
Keren ya, pak suami. Uhuuuy… bisa brenti merokok, atas nama cinta #eaaaa….
Saya cukup kenal nih dengan penulis, dan sama….pemikirannya belum usang dari awal kenal dulu, kembali ke topik
Saya merasa punya pemikiran yang lebih kurang sama, saya seorang perokok, dan saya sangat respect dengan segala prestasi ibu susi dan gaya hidupnya, luar biasa menurut saya, sayang untuj menampilkan gaya hidup antimainstream ibu di fepan publik dengan latar belakang seorang menteri sungguh saya kurang sepakat, apalagi didepan penonton anak2 dan para remaja penikmat sinetron yang kurang bisa membedaka mana baik mana buruk
hanya belakangan seperti menjadi sebuah dikotomi, jika mengkritik beliau itu artinya bertentangan dan jika memuji itu artinya mendukung, tidak ada pilihan lain
Errrrr… Mas Wahyu ini dari agensi Dancow ya?
Hai, haiiii… apa kabar mas??
Btw, saya menyampaikan kritik ini, karena saya mencintai beliau sbg hamba Allah.
Kalau saya benci, sudah pasti saya memilih cuek bin tidak peduli, :))
Tulisan bagus. Aku termasuk yang menolak untuk datang ke acara blogger yang disponsori rokok. Apa pun modusnya. Untuk beasiswalah, musiklah, dll. Keep writing, Mbak! 🙂
Terima kasih, Mak Haya.
Blog Mak Haya yang terus menginjeksikan semangat untuk merangkai kata 🙂
Btw, tulisan yang ini adalah versi koran. Kalau versi blog, bisa berkunjung ke: https://bukanbocahbiasa.wordpress.com/2014/10/28/susi-dan-tuhan-sembilan-senti/
Tajam, setajam silet..hehehe. pantesan readakturnya nggak pakai mikir lama untuk memuatnya.
Hahaha… mak Etyyy… peyuuuk… makasii yaa, daku jadi rajin nulis2 gini gegara kepoin blog mak Ety :))
pengen euy tulisan dimuat di surat kabar. kapan2 nyoba ah… 🙂
Haruusss dong
Coba kirim aja ke: opini@jawapos.co.id
Panjang tulisan kurang lebih 700 – 800 kata.
insya Allah
senang ya opininya bisa masuk koran, dan saya beruntung punya suami ga merokok, krn pengalaman punya ayah perokok, dan akhirnya disuruh berenti oleh dokter karna di usia senja nya sudah mulai ada gangguan pernapasan.
Punya suami non-smoker itu keren banget mak.
Suamiku juga, hihihi :))
Mantabs tulisannya, Mak.
Makasiii mak. Hayuk nulis opini juga. Kirim 700 kata ke opini@jawapos.co.id
Dua terakhir ini, saya dan teman2 juga ngrumpiin style beliau yg dengan enjoynya merokok di depan publik. Saya pribadi salut dengan segala prestasi dan pencapaiannya.
Dan Merokok memang hak sih, tapi kan juga ada hal orang lain, apalagi jika dikaitkan dgn kampanye anti merokok yg digencarkan. Terus, secara kultur, dianggap tabu seorang wanita merokok. LHa kemudian muncul seorang tokoh publik yg anti terhadap anti merokok? Jika toh mmg suka merokok, ya mbok di eliminasi dr pemandangan publik krn semua.
Dan br semalam saya dan suami jg memperbincangkan hsl tersebut, dan suami sempat nylethuk : ” kenapa media tdk ada yg menyoroti caranya merokok yg akan jd pembenaran anak/remaja utk mengabaikan larangan merokok?”
Hemmm, jadinya saluut banget dengan dirimu Mbak. Yg dengan lugas, santun dan apa adanya sdh menuliskan hal tsb di media nasional. Semoga ada dampak yg significant..
Makasi mak.
Yap, semoga saja. Tulisan ini bisa jadi ladang dakwah buat kita semua.
Duh. Ghawzul Fikr, makin ke sini makin menyeramkan
:((
inspiring…. trending topik angetttt:)
Hahaha… Yang angeeet yang angeeett… Nasi bungkusnya lauk sambel pecel….
((berasa lagi di KA ekonomi)) hihihi
Kasian Aagym dan ustadz Felix Siauw kena bully gegara bu Susi ini mbak..hiks 😥 (padahal ulama kan tugasnya memang mencerahkan urusan hak dan bathil)
Hlo??! Iyakah?
Waduh. Saya mau intip TL beliau berdua aaah…
Aku jg kurang suka nih sama si ibu yg ngerokok, apalagi sekelas bu menteri.
yaa sebenernya hak dia, tp harusnya bisa tau, posisinya sekarang, Bakal jadi contoh yg gak baik.
Sepakat Mak Felly :)) Kirim-kirim opini juga yuk maak…
Baguuusss… Setuju banget dengan tulisan ini, mak. Sip!
Tengkiu, mak. Ayo suarakan opini para ibu ke opini@jawapos.co.id
Mak….i love you full. Tulisanmu menyuarakan isi hatiku. Keren pake bingiiiiiiiiiiiittttssssszzzzzz 😚
Aaak, makasiii mak :))
Alhamdulillah ada pejuang yg membawa isi hati sy terus terang aja sy bisa di bilang ga berani mengkomenkan status bbrapa tmn yg memuji prestasi beliau dan seolah menutup mata soal perilakunya. Buat sy perilaku atau jaga image itu penting apalgi buat seorang pemimpin. Dan kalo soal rokok big no deh. Sy anti rokok banget mak. Makasih ya mak. Mau sy share ah d grup
Silakan mak Evrina :)) Semoga sekecil apapun upaya yang kita lakukan, semua bisa memberikan impact dan bernilai sbg amal ibadah bagi kita, mak.
Reblogged this on So, What's next ? and commented:
Ini keren pisan, ayo dibaca ! 🙂
Tengkiu, bro :)) Dikau kirim artikel juga dong
Ini tulisannya keren bangeeet
ijin buat reblog ya mbak *biar kelihatan muda :p
Silakeuuun, eehh daku memang masih muda loh :)) #menolaktua
Aku suka gaya tulisan spt ini…ringan namun padat..berisi pesan moral yg tak menggurui.. Kerennn Mak tulisannya… Selamat ya dah mejeng di Koran..
Makasi banget mak Rita. Alhamdulillah, bergaul ama emak2 KEB membuat passion menulis saya semakin menyala-nyala. Ayo mak, ikut kirim opini juga. 700 kata saja kok. Kirim ke: opini@jawapos.co.id
ngehits banget yak postingan ini. mantaps mejeng di Jawa Pos.
btw aku iklanin blog nya di fb gara2 temen upload foto opini mb nurul di JP.
syukuran donk.
*eh
Aqied mau apa?? Bakso Tiga Raja? Hayuk deh. Reviewnya bisa dibaca di mari: https://bukanbocahbiasa.wordpress.com/2014/06/07/review-bakso-pangsit-mie-ayam-3raja/
duh kapan ya ke surabaya lagi ;(
4. Susi Pudjiastuti merokok bukan di tempat khusus merokok, melanggar PERDA DKI di depan wartawan dan terbukti secara faktual melecehkan aturan PEMDA DKI http://www.tempo.co/…/Selain-Perokok-Berat-Menteri-Susi… kok ga ditangkap?
Waah, iyaaa… bener banget… Apa kabar ya itu Perda Rokok DKI? Duh, kasian banget. Dibikin capek2, ehhh… cuma “hangat2 tahi ayam”
Seseorang yg dijadikn pemimpin ato pegang jabatan bukan hny sekedar di lihat kemampuannya / kesuksesan dlm mngelola perusahaannya sendiri tp faktor2 lain spt perilaku yg mnjadi cermin bagi rakyat / bangsa..
Hayuk, mak. Ikut memberikan masukan konstruktif. Kirim ke: opini@jawapos.co.id. 700 kata saja kok.
Salut buat ibu, artikel ibu sempat saya kupas dlm diskusi menganalisis artikel, utk mata kuliah Penulisan Editorial dan Opini, mhs Prodi Bhs Indonesia, Unmuh Jember, Rabu (29/10), karena isue-nya memang lagi aktual. Selamat dan kita teruskan upaya menebar kebajikan lewat tulisan. Trims.
Wow, subhanallah… I feel soo… blessed :)) Maturnuwun sanget nggih Pak. Semoga ini bisa jadi amal jariyah saya juga :))
huwow mak! serius keren abis… lima jempoooolll *eh, cuma 4 deng ini punyanya xp
Mak Isti bisaaaa ajaa… Mak, dikau ikut yang lomba blog Sunlife yak? Yang Allianz ikut juga tak?
yang sunlife ikut, yang allianz belum tau, kayanya enggak 😀
Mbaaaak… Dikau kereeen. Selalu suka bagaimana dirimu mengemas sebuah topik menjadi tulisan. Ga ngebosenin bacanya. Terus menulis, Mbak. Saya suka tulisan2 mbak 🙂
Dikau juga awesome, mak! Hayuk laahh, coba aja kiriman curcol2 kita gitu. Kalau mau ke JP, panjang tulisan 700 kata, kirim ke: opini@jawapos.co.id
Dikomporiiin lagiii. Hihihi… Udah nyoba, Mak. Sampai 300 kata saya udah ga tau mau nulis apa lagi. Hihihi… Harus dicoba lagi nih 😀
Iyaaa dooong… Pantang Menyerah, Semangat, Semangaat!
:))
wah..asiik dimuat di JP. aku juga nulis tp beda angel dan ga dimuat koran. hehehhe…http://sitasaja.blogspot.com/2014/10/logika-gebyah-uyah-susi-pudjiastutik.html?m=1
Kirimin aja mak.
Bisa ke Republika, Media Indonesia, dll.
Coba ajaaa… Nothing to lose kan? :))
Saya cukup mengenal penulisnya, Hay bunda nurul, semoga masih inget sama saya
Keren bund tulisannya, dan memang setuju dengan bunda nurul, disamping saya sangat respect dengan apa yang telah dan sedang dikerjakan oleh Ibu Susi secara profesional, saya sebenernya cukup kurang setuju jika gaya yang terlalu “freeman” dari beliau sebagai seorang menteri yang mau tidak mau disorot publik dan dijadikan etalase contoh bagaimana bersikap, hanya kembali lagi ini hanyalah bentuk masukan, semoga beliau membaca juga tulisan bunda dan mengurangi ego untuk tidak menunjukkan sesuatu yang busa menjadi contoh kurang bijak bagi generasi penerus.
Waaah, so pastiii saya ingeet dong sama Mas Wahyu. Njenengan yang begitu berjasa mengantarkan saya ke kompetisi ibu2 Dancow kan Mas? Saya bikin postingan ttg Duta Dancow Parenting di sini: https://bukanbocahbiasa.wordpress.com/2014/10/02/kemenangan-sejati-pasca-nyaris-depresi/
Huhuhu, sayang banget acara sekeren itu udah ga dibikin lagi ya :((
Cakep tulisannya, Mak.
Sebagai manusia memang sudah sepantasnya kita memantaskan diri sendiri. Ketika terpilih sebagai public figure, maka berlakulah sebagai public figure yang baik.
Sebagai orang tua, rasanya tambah berat PRnya kalau sudah berusaha mendidik anak sebaik2nya, tau2 anak kita mencontoh yang tidak baik. Tapi, orang tua juga tetap harus fokus, gak boleh menyerah. Kenyataan di luar sana banyak juga contoh yang kurang baik. Ada atau gak ada dukungan, orang tua tetap harus berjuan supaya anak-anak tetap bisa menjadi anak yang baik
It takes a village to raise a child. Super duper benerrr banget ya mak. Sama2 saling menguatkan, saling mendoakan untuk kebaikan. insyaAllah anak muda Indonesia (termasuk anak2 kita) selalu dlm lindungan Allah. Amin, amiiin…
Terima kasih bu, Opini Ibu mencerahkan sekali, dan bahasanya santun. Saya izin share.
Maturnuwun atas apresiasinya, Bapak.
Silakan. Sumonggo di-share 🙂
Awalnya saya mau kasih nilai 6,5.
Tetapi begitu baca penutupnya,saya “korting” nilainya jadi 3,5. 🙂 #oporayam
Ahaiii… sukaa dgn komen ini :))
Kompor gaasss :))
tulisanya keren dan berbobot namun ringan dinalar…penulisnya pasti cerdas
buat seorang hater..masalah kecil jg jadi sepele..korupsi yg udah bertahun tahun dilarang tetep di langgar..anak kecil merokok sdh ada sejak saya msh sd..trs kenapa baru sekarang anda permasalahkan??btw tujuan anda menulis ini untuk apa jg cm anda dan tuhan yg tahu..
hmmmmm baru opini di tulis di koran aja bangga…bu susi aja yg sdh bantu korban bencana tsunami di aceh aja biasa aja..padahal anda berhijab..pendidikan jg kayaknya lbh tinggi dr bu susi..apalagi masalah agama saya yakin pasti lbh paham dr saya maupun bu susi…yg anda gembar gemborkan hanya sisi negatif dr bu susi yg merokok di dpn wartawan,bertato dan pernah bercerai…tp kenapa nggak anda lihat juga apa yg sudah bu susi lakukan untuk indonesia????anda sdh menulis panjang lebar..apa yg sdh anda lakukan untuk indonesia????hati hati ya jgn sampai apa yg anda tulis berbalik kepada anda..
Terima kasih masukannya.
nice 🙂 and congrats sdh dimuat di JP.
Thanks Lot yaaa
Mak…soal Rokok , saya setuju bangett dehh, lebih “Indonesia Hebat” lagi ini asli asli asli .. PENGALIHAN ISSSUE… hayoo semua kita kawal terussss.. terimakasih MAK…
Hihihi… ayooo… memang tugas kita mengawal yaa… IMHO asal dikemas dengan bahasa santun, insyaAllah everything’s fine kok
untuk mengingatkan ibu mentri susi masalah merokok saya setuju dgn artikel yg dibuat emak satu ini ..saya sendiri tdk merokok dan tdk suka melihat org merokok sembarangan apalagi beliau panutan anak anak bangsa.artikel yg bagus namun ga perlulah dibumbui kata kata GARIS KERAS di postingan komen & gak perlu ditambahin soal blow up rapot merah kalau niat mau membantu atau mendoakan bu mentri berubah cukup dgn mengingatkan yg baik insyaallah bu mentri mengerti kok ..saya kemarin liat di tv bahkan di media social klo bu susi minta masukannya cara dia berpenampilan beliau trima kok kritikan.. manusia pasti punya khilaf tapi ga perlu berkepanjangan beliau udah dengar.. beliau skr minta dukungan untuk program” yg beliau hrs kerjakan untuk kemajuan bangsa bukan hanya berenti di satu titik kritikan perkepanjangan… ok emak selamat yaa 🙂
Tengkiu mak.. Dgn memberikan input seperti INI,Semoga bs ber-impact bagi siapa Aja.
mak…aq suka banget tulisanmu ini.
unek unek dari kemarin ttg rokok, sampe anak di rumah juga nanya ” rokok itu apa?”, karena memang ga pernah lihat dan alhamdulillah di lingkungan kami memang jauh dari rokok
Tengkiu ya Mak Ike.
Tidak semua keluarga seberuntung mak Ike. Karena banyak juga bocil2 yang terperosok *halaaah* dalam kubangan rokok dan tak bisa bangkit lagi…. aku tenggelam, dalam lautan luka dalaam….. **singing** Btw, Rumor (butiran debu) ga pernah kliatan ya mak? **OoT**
Makin terang benderang 🙂
Menulis yang konsisten itu pasti ada hasilnya, apalagi tulisan-tulisanmu selalu mencerahkan dan enak dibacanya 🙂
Selamat ya.
Aaaak, makpuuuuh… aku padamuuu….
Surprise banget aku mak, kemarin viewsnya tembus 7.032! E ya ampuuun, ngeblog (dan gabung KEB) bener2 endeuuus :))
Suka banget tulisannya mbak…
Saya pribadi lebih suka kalo judulnya pake bu, Bu Susi….
Meskipun orgnya asik tp kita hrs sopan kan ya….
Tengkiu mak Tika :))
Makasi ya udah mampir
Tulisannya mantab mbaa..tata bahasa baguuss..
Makasii ya mbaaa
Setau saja, Ibu Susi sudah mojok dan minta supaya wartawan tidak foto serta ditulis saat sedang merokok… Ada di tulisannya Unilubis.
Aku udah baca sih, tulisan mbak Uni Lubis.
Tapi, tulisan saya ini dimuat lebih cepat dua hari dari postingan mbak Uni :))
Eniwei, makasi yaa udah mampir di mari. I really loove your awesome blog :))
Tulisannya mantap mba’e…
Btw..pertanyaan terakhir itu…jangan-jangan emang sengaja di blow up?? ah entahlah.
Trus belakangan ini jadi mikir, bukannya klo semakin diberitakan, generasi muda kita semakin tau hingga akhirnya jadi tameng buat mereka ketika kita menggalakkan anti-rokok?
🙂
Haiii mbaaa… maap baru bales yaa 🙂 Iya siy, rokok itu emang gimana yaaa… seolah2 rokok itu “dewa” yang suliiit banget buat dibasmi dari muka bumi. Too much complicated. Persis kayak puisinya Taufiq Ismail “Tuhan Sembilan Senti”. Coba googling deh 🙂
baru ngeh..tuhan 9 senti itu ternyata rokok..ckckck
mbak e..baru baca majalah NH..cerbungnya belom tamat ya heheheh
penasaran tuh cewek milih cowok yang mana
Tuhan Sembilan Senti itu puisinya Taufiq Ismail, mbak. Googling deh. KEREN, mantap surantap puisinya 🙂
Iya nih. cerbungnya PANJAAAAANGG dan LAAAAAAMAAA hehehe… kalau jadi Salma, mbak Fazia pilih siapa? Arya? Atau Raditya? :))
Radit 🙂
lebih berani ngelamar duluan
gaya euy gaya euy gaya euy, pantesan tulisan yang satu ini go viral. banyak banget yang share di timeline FB saya 🙂 kereeeen
Hihihi…. Makanyaaaa ayooo kirim k media maaak… Cerpen dikau dipanjangin Aja JD 1000 kata lalu kirim ke ari@jawapos.co.id
mamak nurul ini emang cihuy luar biasaaaaaa :*
Thankies maaaak
tulisannya bagus, ih! Pantes kalau dimuat di media mainstream sekelas Jawa Pos…
selamat ya *kecup* 😉
suka tulisannya, keren enak dibaca
Bahasanya hidup banget. Top Maak (y)
Ma’aciiih mak Ade. :))
Hayuk mak, coba-coba aja kirim opini ke JP
uhuuhu, belum siap kalo opini yang berat-berat gitu Mak 😀 *halah*
Makjleb dan kereennn 🙂
Ajarin Mak 😀