Yayy, Opini tentang Susi (dan tuhan sembilan senti) Dimuat di Jawa Pos!

Setelah kemarin menumpahkan uneg-uneg seputar Ibu Menteri yang assoy bin funky, hari ini Alhamdulillah, opini saya dimuat di Jawa Pos. Info soal dimuatnya tulisan ini kali pertama saya dapat dari SMS mbak Tatit Ujiani. Nuwun sanget mbak :))

Agak kaget juga. Baru dikirim jam 8 tadi malam, eh, ternyata bapak redaktur Opini JP mempersilahkan naskah ini nangkring di opini bagian atas. Alhamdulillah.

Seperti biasa, saya tuliskan naskah asli yang saya kirim ke opini@jawapos.co.id. Selamat mengirim opini Anda ke JP!

Mau tahu tipsnya? BACA INI YA : Secuil Artikel Kita Tembus Media Besar

Susi dan Tuhan Sembilan Senti

Siapa media darling saat ini? Kalau kita amati trending topic di
jagat twitter, maka nama Susi Pudjiastuti yang jadi juaranya. Perempuan ‘anti-mainstream’ ini memang menyodok ke permukaan. Gayanya yang nyentrik, profilnya sebagai pemilik maskapai perintis sukses membetot atensi masyarakat republik ini.

Pergosipan seputar Susi semakin gurih dan renyah, manakala kita saksikan aksi klebas-klebus yang ia pertontonkan di hadapan para jurnalis. Tentu saja, ini pemandangan yang amat langka. Seorang menteri, ulil amri, dengan innosennya menyemburkan asap rokok di ruang publik.

She’s one in a million. Mungkin baru kali ini, ada satu
menteri yang dengan begitu pedenya merokok tanpa tedeng aling-aling.

Lagi-lagi, muncul polarisasi respon publik. Ada pihak yang merasa terwakili dengan gaya Susi. Susi ini gue banget! Apa salahnya dengan merokok? Bukankah merokok itu hak asasi individu? Nggak masalah Susi merokok, bertato, rumah tangga berantakan. Yang penting dia tidak korupsi kan?

Sementara, di pihak lain, tidak sedikit yang menyayangkan sikap Susi yang terkesan eksentrik dan semau gue. Apa jadinya anak-anak kita kalau disodori profil menteri seperti Susi? Sia-sia dong, upaya Departemen Kesehatan yang terus mengampanyekan gerakan anti rokok. Toh, ada kok perempuan perokok yang jadi menteri?

Lebih parah lagi, muncul beberapa meme di media sosial, yang
menyandingkan gambar Susi vs Ratu Atut. Pesan yang ingin disampaikan adalah: jangan mudah tertipu bungkus luar. Toh, Ratu Atut berjilbab, cantik, tidak merokok, tidak bertato, tidak bercerai, tapi tetap korupsi.

Sementara para fans Susi meyakini bahwa idolanya adalah
pejuang tangguh dan tidak akan terjerumus dalam lembah korupsi

***

Saya jadi teringat dengan puisi satir yang digubah oleh Taufiq Ismail.

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok.
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im sangat ramah bagi perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok.
Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa bagi perokok, tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok.
Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia, dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu, bisa ketularan kena.

Anda tahu bagaimana “bengis”-nya industri rokok? Berapa miliar dana yang mereka gelontorkan demi “meracuni” anak bangsa ini? Dan mengapa pemerintah (dalam hal ini kabinet SBY) terkesan ogah-ogahan untuk meratifikasi FCTC (Frame Work Convention on Tobacco Control)?

Padahal, FCTC ini adalah strategi jitu untuk melindungi anak-anak dan generasi remaja dari bahaya rokok. Rokok tidak hanya membahayakan kesehatan anak, tetapi juga meningkatkan prevalensi perokok anak. Data Global
Youth Tobacco Survey (GYTS) 2010 menyebutkan perokok usia di bawah lima tahun (balita) ditemukan hampir di seluruh Indonesia. (tempo.co Juni 2014)

Okelah, iklan rokok sudah diatur sedemikian rupa sehingga hanya nongol di televisi di atas jam 9 malam. Beberapa kampus dan sekolah juga menerapkan kebijakan kawasan bebas rokok.

Yang patut diacungi jempol, beberapa produsen event anak muda–PT DBL Indonesia, misalnya—berkomitmen kuat untuk menolak semua brand rokok sebagai sponsorship event. Sungguh, kita salut akan “perlawanan” yang
dilakukan beberapa pihak terhadap rokok. Tapi, sepertinya, semua gerakan lawan rokok itu, akan menjadi benang basah yang sulit ditegakkan, manakala kita dihadapkan pada role model bernama ibu menteri.

Wahai Ibu Susi. Mohon bantu kami. Ketika para ibu tengah melarang anak-anak mereka merokok, lalu mendapatkan sanggahan retoris, “Lah, bu menterinya aja ngerokok? Berarti rokok itu cool kan? Kenapa kita malah dilarang merokok?”

Lantas, apa jurus pamungkas yang harus kami
sampaikan? Kami respek dengan segala prestasi, kehebatan, dan daya juang Ibu Susi. Meski demikian, dengan segala hormat, kami mohon agar Ibu tidak menjadikan rokok sebagai “tuhan Sembilan senti” yang bukan
mustahil juga akan menjelma jadi “berhala-berhala kecil” bagi
anak-anak muda di Negara ini.

Kalaupun Ibu memang ingin merokok, mohon cari ruangan yang lebih privat. Seorang Ignasius Jonan barangkali bisa Anda jadikan benchmark.

Beliau juga perokok berat. Ketika hasrat merokok itu muncul, Pak Jonan—waktu itu Direktur Utama PT KAI—memilih untuk klebas-klebus sebentar di smoking room sebuah stasiun. Ia bersikeras menjadikan seluruh moda kereta api bebas asap rokok. Yang penting ada itikad dan semangat kuat untuk tidak memberikan teladan kurang elok bagi masyarakat luas.

Sebagai penutup tulisan ini, izinkan saya berbagi satu pertanyaan.
Mungkinkah profil Ibu Susi yang nyeleneh ini sengaja di-blow up,
supaya atensi seluruh masyarakat teralihkan dari kasus 8 menteri yang menyandang raport merah dari KPK? Tanya kenapa. (*)

**Mantan public relations perusahaan rokok, ibu satu anak

Author: @nurulrahma

aku bukan bocah biasa. aku luar biasa

162 thoughts on “Yayy, Opini tentang Susi (dan tuhan sembilan senti) Dimuat di Jawa Pos!”

      1. Saya suka tulisan nya, sopan tidak menusuk, tata bahasa yang baik tapi tepat sasaran. Semoga ibu susi bisa memperbaiki gaya hidup dari seorang lapangan menjadi seorang birokrat yang halus. Jujur saya suka ibu susi.

      1. bukan masalah fans garis keras lah. Saya mantan perokok juga (hamil anak pertama positif langsung memutuskan stop tanpa kesulitan alhamdulillah sampai sekarang). Tetapi poin kamu benar bahwa merokok emang hak pribadi seseorang asal jangan melanggar kepentingan umum. Merokoklah di tempat yg disediakan, lokasi pemerintahan terlarang utk merokok. So yg saya tentang adalah blow up karena wanita tdk pantas merokok, bertato dan pernah bercerai (apa sih salah nya bercerai dan menikah kembali sec halal daripada berselingkuhan tdk jelas). Fair fair saja dlm menilai seseorang. Yg terlihat banyak menyerang beliau krn point diatas . Kalau masalah merokok sembarangan sih saya juga gak setuju dan sepakat sebaiknya memberikan advise buat beliau agar tdk memberikan contoh kepada generasi muda

    1. Wah, wah… standing ovation buat mak Shinta…! Padahal, budget rokok untuk sponsorship itu duitnya gak berseri ya mak :)) Hihi. Saya juga insaf dari kerja di industri rokok. Selama kurleb 2 tahun, saya mengais rupiah dari sana. Setelah dipikir2, betapa hipokritnya saya :((

    1. Dan daku curiga berats mak. Bu Susi (tanpa similikiti) ini sengaja dijadiin “pengalih isu” atas kasus 8 menteri yang terindikasi korupsi.

      Frasa curiga itu ada di paragraf terakhir

    1. Widih. Sampe gundah gulana, hihihi.
      Di satu sisi, Bu Susi memang keren. Kita harus akui itu. Terlepas dari segala sejarah kelam, soal pendidikan hanya SMP, soal amburadulnya rumah tangga dia, tato, rokok, dllnya, beliau adalah perempuan hebat.

      Tapi, di sisi lain, daku menyoroti habit beliau yang enggak pantes. Plus, nyindir juga soal “pengalihan isu” menteri2 yang terindikasi korup :))

  1. Selamat ya mak..
    Tulisannya memang.kerennn..

    Saya pribadi pun menyayangkan masalah beliau merokok didpn publik. Kasian kita kaum ibu yg harus bolak balik menjelaskan kepada anak . Hehehhe

    Saya berdoa semoga saja beliau bisa bekerja dgn baik sekaligus terbuka hatinya untuk lebih menahan diri di Dpn sorotan media. Kalau pun ingin melakukan Hal pribadi bisa dilakukan di tempat tertutup 🙂

    Sukses terus ya mba

  2. mak…. saya sehati nih…. terwakili uneg-uneg saya juga.

    merokok memang kebebasan hak asasi seseorang,
    namun kebebasan kita dibatasi oleh kebebasan orang lain juga yg tidak ingin menghirup asap rokok.

    DAN sebagai sosok tokoh masyarakat, yg mau tidak mau menjadi “panutan” masyarakat, sebaiknya hal-hal yg tidak mendidik bagi generasi bangsa tidak dipertontonkan.

  3. Aku terharu baca tulisan mak Nurul …aku sdh mau nulis spt yg mak tulis ttg ibu2 yg akan kewalahan bl anaknya merokok dan menyanggahnya bahwa ibu menteri sj merokok. kr sy punya teman yg anaknya msh smp tp sdh kecanduan rokok sp utk beli rokok dia mencuri uang & brg2 ibunya jg memakai uang sppnya… semoga Ibu menteri mau memperbaiki kebiasaannya… sukses selalu makkkk…

    1. Astaghfirullah… rokok tuh yaaa, bener-benerrrr…. duh. Sekarang anak2 mudah sekali mengalami “kebingungan”, untuk memilah mana kebutuhan yang harus diperjuangkan, atau sekedar lifestyle yang justru membuat mereka terpuruk. I have to admit, kalau saya juga sempat berada di “lingkaran setan” itu mak. Saya yang menanggung dosa, karena in charge dalam penyebaran info event2 (seolah-olah) keren yang dibikin korporasi rokok.
      Duh. Semoga anak2 itu bisa kembali ke jalan yang benar. Ortunya diberi kesabaran dan ketangguhan, aamiiin….

    1. Please do share, mak. 🙂 Mungkin mak Hana mau kirim opini juga? Soal “tuduhan” saya bahwa bu menteri Susi ini dijadikan “alat” untuk “pengalihan isu” supaya masyarakat tak lagi membahas tentang menteri yg terindikasi korup? Saya pengin banget lebih tajam di situ, tapi datanya kurang
      :(((

  4. Saya acung jempol semua untuk mbak yang luar biasa dalam mengemas tulisan yang informatif dan sarat pesan. Gaya bahasanya juga enak dibaca tanpa ada satupun yang merasa disudutkan dengan opini public. Semoga sang “role mode” bisa membaca pesan njenengan dengan bijaksana dan bersama-sama membangun bangsa ini menjadi lebih maju.

    MEngingat saya yang tinggal Kudus, sentra industri rokok juga merasa prihatin menemukan fakta bahwa banyak anak-anak SD membeli rokok sembunyi-sembunyi di warung. Namun untuk mencoba menyadarkan gerakan peduli terhadap bahayanya merokok, menjadi suatu tantangan besar. Salam kenal dan sukses selalu ya mbak 🙂

  5. Mantep banget tulisannya mak nurul. Mewakili suara hatiku yang paling dalam…lanjutkan mak!..hehehe:)

  6. setuju mak…
    Merokok memang hak individu, tapi alangkah baiknya mencari tmpt yg privat juga utk merokok, atau memang media yg memblow up, seperti apa kata mak Nurul?
    Pantesan langsung nangkring di JP, tulisannya keren… Selamat ya…

    1. Haqqul yaqin, ini media yang mem-blow up.
      That’s why di paragraf terakhir saya “menuduh” kalau ini adalah semacam “pengalihan isu” supaya masyarakat tidak kepo seputar kelanjutan 8 menteri yg disinyalir korup. 🙂

  7. Opininya bagus Mak..
    seharusnya orang yang nyinyir itu tulisannya begini, nyinyir tapi dengan alasan kuat dan ngga seenaknya bicara..
    aku memang benci perokok, tapi prestasi bu susi juga layak diapresiasi…

  8. merokok atau tidak itu memang urusan pribadi seseorang… yang jelas aku merasa beruntung punya suami yang tidak hanya mementingkan urusannya sendiri, tapi juga menghormati saya dan anak-anak…

    dulu suami perokok berat, malah waktu tinggal di timor, saya sempat jadi penyelundup rokok untuk persediaan selama 3 bulan… pas hamil anak pertama, suami otomatis berhenti…

    ya, mudah-mudahan ibu menteri juga mau menghormati hak orang lain, tidak hanya mementingkan urusan pribadinya saat sudah tak tahan ingin merokok 🙂

    statement terakhir… bisaaaa aja kepikiran kaya’ gitu ahahaha

  9. Saya cukup kenal nih dengan penulis, dan sama….pemikirannya belum usang dari awal kenal dulu, kembali ke topik
    Saya merasa punya pemikiran yang lebih kurang sama, saya seorang perokok, dan saya sangat respect dengan segala prestasi ibu susi dan gaya hidupnya, luar biasa menurut saya, sayang untuj menampilkan gaya hidup antimainstream ibu di fepan publik dengan latar belakang seorang menteri sungguh saya kurang sepakat, apalagi didepan penonton anak2 dan para remaja penikmat sinetron yang kurang bisa membedaka mana baik mana buruk
    hanya belakangan seperti menjadi sebuah dikotomi, jika mengkritik beliau itu artinya bertentangan dan jika memuji itu artinya mendukung, tidak ada pilihan lain

    1. Errrrr… Mas Wahyu ini dari agensi Dancow ya?
      Hai, haiiii… apa kabar mas??

      Btw, saya menyampaikan kritik ini, karena saya mencintai beliau sbg hamba Allah.
      Kalau saya benci, sudah pasti saya memilih cuek bin tidak peduli, :))

  10. senang ya opininya bisa masuk koran, dan saya beruntung punya suami ga merokok, krn pengalaman punya ayah perokok, dan akhirnya disuruh berenti oleh dokter karna di usia senja nya sudah mulai ada gangguan pernapasan.

  11. Dua terakhir ini, saya dan teman2 juga ngrumpiin style beliau yg dengan enjoynya merokok di depan publik. Saya pribadi salut dengan segala prestasi dan pencapaiannya.

    Dan Merokok memang hak sih, tapi kan juga ada hal orang lain, apalagi jika dikaitkan dgn kampanye anti merokok yg digencarkan. Terus, secara kultur, dianggap tabu seorang wanita merokok. LHa kemudian muncul seorang tokoh publik yg anti terhadap anti merokok? Jika toh mmg suka merokok, ya mbok di eliminasi dr pemandangan publik krn semua.

    Dan br semalam saya dan suami jg memperbincangkan hsl tersebut, dan suami sempat nylethuk : ” kenapa media tdk ada yg menyoroti caranya merokok yg akan jd pembenaran anak/remaja utk mengabaikan larangan merokok?”

    Hemmm, jadinya saluut banget dengan dirimu Mbak. Yg dengan lugas, santun dan apa adanya sdh menuliskan hal tsb di media nasional. Semoga ada dampak yg significant..

  12. Aku jg kurang suka nih sama si ibu yg ngerokok, apalagi sekelas bu menteri.
    yaa sebenernya hak dia, tp harusnya bisa tau, posisinya sekarang, Bakal jadi contoh yg gak baik.

  13. Alhamdulillah ada pejuang yg membawa isi hati sy terus terang aja sy bisa di bilang ga berani mengkomenkan status bbrapa tmn yg memuji prestasi beliau dan seolah menutup mata soal perilakunya. Buat sy perilaku atau jaga image itu penting apalgi buat seorang pemimpin. Dan kalo soal rokok big no deh. Sy anti rokok banget mak. Makasih ya mak. Mau sy share ah d grup

  14. ngehits banget yak postingan ini. mantaps mejeng di Jawa Pos.
    btw aku iklanin blog nya di fb gara2 temen upload foto opini mb nurul di JP.
    syukuran donk.
    *eh

  15. 4. Susi Pudjiastuti merokok bukan di tempat khusus merokok, melanggar PERDA DKI di depan wartawan dan terbukti secara faktual melecehkan aturan PEMDA DKI http://www.tempo.co/…/Selain-Perokok-Berat-Menteri-Susi… kok ga ditangkap?

  16. Seseorang yg dijadikn pemimpin ato pegang jabatan bukan hny sekedar di lihat kemampuannya / kesuksesan dlm mngelola perusahaannya sendiri tp faktor2 lain spt perilaku yg mnjadi cermin bagi rakyat / bangsa..

  17. Salut buat ibu, artikel ibu sempat saya kupas dlm diskusi menganalisis artikel, utk mata kuliah Penulisan Editorial dan Opini, mhs Prodi Bhs Indonesia, Unmuh Jember, Rabu (29/10), karena isue-nya memang lagi aktual. Selamat dan kita teruskan upaya menebar kebajikan lewat tulisan. Trims.

  18. Mbaaaak… Dikau kereeen. Selalu suka bagaimana dirimu mengemas sebuah topik menjadi tulisan. Ga ngebosenin bacanya. Terus menulis, Mbak. Saya suka tulisan2 mbak 🙂

      1. Dikomporiiin lagiii. Hihihi… Udah nyoba, Mak. Sampai 300 kata saya udah ga tau mau nulis apa lagi. Hihihi… Harus dicoba lagi nih 😀

  19. Saya cukup mengenal penulisnya, Hay bunda nurul, semoga masih inget sama saya
    Keren bund tulisannya, dan memang setuju dengan bunda nurul, disamping saya sangat respect dengan apa yang telah dan sedang dikerjakan oleh Ibu Susi secara profesional, saya sebenernya cukup kurang setuju jika gaya yang terlalu “freeman” dari beliau sebagai seorang menteri yang mau tidak mau disorot publik dan dijadikan etalase contoh bagaimana bersikap, hanya kembali lagi ini hanyalah bentuk masukan, semoga beliau membaca juga tulisan bunda dan mengurangi ego untuk tidak menunjukkan sesuatu yang busa menjadi contoh kurang bijak bagi generasi penerus.

  20. Cakep tulisannya, Mak.

    Sebagai manusia memang sudah sepantasnya kita memantaskan diri sendiri. Ketika terpilih sebagai public figure, maka berlakulah sebagai public figure yang baik.

    Sebagai orang tua, rasanya tambah berat PRnya kalau sudah berusaha mendidik anak sebaik2nya, tau2 anak kita mencontoh yang tidak baik. Tapi, orang tua juga tetap harus fokus, gak boleh menyerah. Kenyataan di luar sana banyak juga contoh yang kurang baik. Ada atau gak ada dukungan, orang tua tetap harus berjuan supaya anak-anak tetap bisa menjadi anak yang baik

    1. It takes a village to raise a child. Super duper benerrr banget ya mak. Sama2 saling menguatkan, saling mendoakan untuk kebaikan. insyaAllah anak muda Indonesia (termasuk anak2 kita) selalu dlm lindungan Allah. Amin, amiiin…

  21. Awalnya saya mau kasih nilai 6,5.
    Tetapi begitu baca penutupnya,saya “korting” nilainya jadi 3,5. 🙂 #oporayam

  22. buat seorang hater..masalah kecil jg jadi sepele..korupsi yg udah bertahun tahun dilarang tetep di langgar..anak kecil merokok sdh ada sejak saya msh sd..trs kenapa baru sekarang anda permasalahkan??btw tujuan anda menulis ini untuk apa jg cm anda dan tuhan yg tahu..

  23. hmmmmm baru opini di tulis di koran aja bangga…bu susi aja yg sdh bantu korban bencana tsunami di aceh aja biasa aja..padahal anda berhijab..pendidikan jg kayaknya lbh tinggi dr bu susi..apalagi masalah agama saya yakin pasti lbh paham dr saya maupun bu susi…yg anda gembar gemborkan hanya sisi negatif dr bu susi yg merokok di dpn wartawan,bertato dan pernah bercerai…tp kenapa nggak anda lihat juga apa yg sudah bu susi lakukan untuk indonesia????anda sdh menulis panjang lebar..apa yg sdh anda lakukan untuk indonesia????hati hati ya jgn sampai apa yg anda tulis berbalik kepada anda..

  24. Mak…soal Rokok , saya setuju bangett dehh, lebih “Indonesia Hebat” lagi ini asli asli asli .. PENGALIHAN ISSSUE… hayoo semua kita kawal terussss.. terimakasih MAK…

  25. untuk mengingatkan ibu mentri susi masalah merokok saya setuju dgn artikel yg dibuat emak satu ini ..saya sendiri tdk merokok dan tdk suka melihat org merokok sembarangan apalagi beliau panutan anak anak bangsa.artikel yg bagus namun ga perlulah dibumbui kata kata GARIS KERAS di postingan komen & gak perlu ditambahin soal blow up rapot merah kalau niat mau membantu atau mendoakan bu mentri berubah cukup dgn mengingatkan yg baik insyaallah bu mentri mengerti kok ..saya kemarin liat di tv bahkan di media social klo bu susi minta masukannya cara dia berpenampilan beliau trima kok kritikan.. manusia pasti punya khilaf tapi ga perlu berkepanjangan beliau udah dengar.. beliau skr minta dukungan untuk program” yg beliau hrs kerjakan untuk kemajuan bangsa bukan hanya berenti di satu titik kritikan perkepanjangan… ok emak selamat yaa 🙂

  26. mak…aq suka banget tulisanmu ini.
    unek unek dari kemarin ttg rokok, sampe anak di rumah juga nanya ” rokok itu apa?”, karena memang ga pernah lihat dan alhamdulillah di lingkungan kami memang jauh dari rokok

    1. Tengkiu ya Mak Ike.

      Tidak semua keluarga seberuntung mak Ike. Karena banyak juga bocil2 yang terperosok *halaaah* dalam kubangan rokok dan tak bisa bangkit lagi…. aku tenggelam, dalam lautan luka dalaam….. **singing** Btw, Rumor (butiran debu) ga pernah kliatan ya mak? **OoT**

  27. Makin terang benderang 🙂
    Menulis yang konsisten itu pasti ada hasilnya, apalagi tulisan-tulisanmu selalu mencerahkan dan enak dibacanya 🙂
    Selamat ya.

  28. Suka banget tulisannya mbak…
    Saya pribadi lebih suka kalo judulnya pake bu, Bu Susi….
    Meskipun orgnya asik tp kita hrs sopan kan ya….

    1. Aku udah baca sih, tulisan mbak Uni Lubis.

      Tapi, tulisan saya ini dimuat lebih cepat dua hari dari postingan mbak Uni :))

      Eniwei, makasi yaa udah mampir di mari. I really loove your awesome blog :))

  29. Tulisannya mantap mba’e…
    Btw..pertanyaan terakhir itu…jangan-jangan emang sengaja di blow up?? ah entahlah.
    Trus belakangan ini jadi mikir, bukannya klo semakin diberitakan, generasi muda kita semakin tau hingga akhirnya jadi tameng buat mereka ketika kita menggalakkan anti-rokok?
    🙂

    1. Haiii mbaaa… maap baru bales yaa 🙂 Iya siy, rokok itu emang gimana yaaa… seolah2 rokok itu “dewa” yang suliiit banget buat dibasmi dari muka bumi. Too much complicated. Persis kayak puisinya Taufiq Ismail “Tuhan Sembilan Senti”. Coba googling deh 🙂

  30. baru ngeh..tuhan 9 senti itu ternyata rokok..ckckck
    mbak e..baru baca majalah NH..cerbungnya belom tamat ya heheheh
    penasaran tuh cewek milih cowok yang mana

    1. Tuhan Sembilan Senti itu puisinya Taufiq Ismail, mbak. Googling deh. KEREN, mantap surantap puisinya 🙂

      Iya nih. cerbungnya PANJAAAAANGG dan LAAAAAAMAAA hehehe… kalau jadi Salma, mbak Fazia pilih siapa? Arya? Atau Raditya? :))

Leave a comment